Terus terang saya iri melihat Banjarmasin yang pertama
kali menggagas ide Sahur di atas Sungai (Sahur On The River) ini. Karena saya
pikir kegiatan yang khusus diadakan di bulan Ramadhan ini sangat menarik, unik,
dan mempunyai nilai positif dalam banyak hal.
Lantas saya kemudian berpikir, kenapa Nagara tidak
menduplikasi kegiatan ini? Bukankah daerah kelahiran saya ini adalah negeri
yang didekap aliran sungai. Nyaris seluruh pemukiman masyarakat berada di
pinggiran sungai Nagara yang meliuk dari hulu ke hilir.
Dermaga/Pelabuhan Daha Selatan bisa dijadikan sebagai
pusat kegiatan. Para pejabat yang berkepentingan bisa saling bersilaturrahmi
dengan warga Nagara sembil menikmati sahur dengan view sungai Nagara, jembatan
Andi Tajang dan Rahimin yang baru saja dipersolek dengan lampu LEDnya yang
indah, Masjid Jami Ibrahim yang megah, Lanting Pelangi, juga deretan kapal
klotok yang berjejer.
Tiap desa bisa ikut berpartisipasi dengan sebuah Klotok
dimana di dalamnya telah disiapkan makanan dan minuman untuk sahur. Sensasi
bersahur di atas bubungan kapal klotok dan di atas sungai Nagara akan terasa
istimewa dan jarang dijumpai.
Jika memungkinkan sebelum kegiatan, bisa diadakan pawai
sekaligus bagarakan sahur di atas sungai dengan rute yang ditentukan dengan
tanpa membuat gaduh.
Saya lantas berandai-andai, jika kegiatan SAHUR ON THE
RIVER ini dijadikan even tahunan saat Ramadhan, tak cuma silaturrahmi yang kita
dapat, semarak bisa kita nikmati, dan budaya serta ekonomi sungai bisa kita
geliat dan hidupkan dari sini. Siapa tahu, kelak even ini akan menarik orang
untuk datang berwisata ke Nagara.
Tinggal Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan mau
merespon atau tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar