Layar
Laptop Asus terpaksa harus kututup segera meski rancangan LPJ belum
sempurna dibuat. Bergegas aku keluar dari ruang ITC KPPN Barabai,
mengeluarkan Honda Beat Orange dari parkiran dan langsung meluncur ke
Kandangan.
Ada pertemuan penting, begitu yang tersirat dalam fikiranku sambil menggilas aspal jalan kota Apam yang cuacanya cukup cerah siang itu.
Ada pertemuan penting, begitu yang tersirat dalam fikiranku sambil menggilas aspal jalan kota Apam yang cuacanya cukup cerah siang itu.
Sepanjang malam tadi, aku sibuk bercengkerama dengan sesama admin grup Facebook Bubuhan Nagara Daha Hulu Sungai Selatan (BNDHSS), keluar masuk WhatsApp dan kumpul di grup BBM yang kami bentuk sebagai wadah diskusi para admin. Ada hal krusial yang kami bahas bersama, bertemu dengan Bupati Hulu Sungai Selatan, orang nomor satu di bumi Antaludin saat ini.
Di seberang sana, top admin Rendra Rahim Aji tengah
bergumul dengan helai-helai Microsoft Word, memintal kata menenun
kalimat yang dianggap pantas untuk direkatkan pada proposal yang akan
diajukan ke hadapan Bupati HSS. Proposal tersebut nantinya akan kami isi
dengan beragam aspirasi yang kami pungut dari perbincangan beranda grup
maupun ide-ide para admin. Sesekali aku dibuat tertawa oleh guyonan
Boernot, Agus Age, Iwan Kusuma, Sultan Ezza Albanjary, Biv Boban, Taj
Din Kahn, M. Khairullah, Zakaria NM, Joe Emka dan Karang Taruna Samudera. Sebab
sambil membahas proposal, kami juga membahas tetek bengek pakaian dan
sepatu, mengatur juru bicara, hingga urutan masuk dan keluar serta hadap
kiri hadap kanan. Maklumlah, rata-rata para admin memiliki selera humor
yang tinggi.
Sesuai kesepakatan, sebelum bertolak ke kantor Bupati kami berkumpul terlebih dahulu di rumah Top Admin Rendra Rahim Aji di Amawang. Di dalam rumah tampak Ustadz Izhar Al Parigi dan kawan-kawan admin sedang asik menikmati hidangan yang disuguhkan tuan rumah. Ustadz Izhar Al Parigi sendiri
menyempatkan datang ke kandangan demi bertemu pak bupati, padahal
beliau baru datang dari banjarmasin dan seperti tutur beliau, sesudah
acara akan balik lagi ke Banjarmasin. Mumpung belum berangkat, Aku
menyempatkan shalat Zuhur disini.
Senyum
gratis kami dapatkan dari dua cewek cantik berseragam yang menjaga pos
depan kantor Bupati. Lewat mereka kami diantar menemui resepsionis yang
lagi-lagi seorang cewek cantik. Amboi, kantor yang kami kira angker ini
telah berubah serupa istana Ratu Bulqis. Dan terus terang saja, kami
merasa seperti sepuluh tahun lebih muda. Setelah bang Rendra
menandatangani buku tamu, kami dipersilakan naik ke atas menuju ruang
Bupati.
Diatas
kami tidak langsung bisa bersua dengan bapak Bupati. Ada tamu lain
sebelum kami yang juga punya agenda bertemu beliau. Oleh Ajudan muda
kami dipersilakan duduk menunggu. Belakangan ajudan bupati ini mengaku
juga orang Nagara yang berasal dari desa Pandak Daun. Ketika di rumah
saya ceritakan ke isteri tentang ajudan ini, ia tersenyum seraya bilang
“tarait sapupu”. Isteri saya orang Paramaian yang nenek moyangnya
berasal dari Pandak Daun. Saya sendiri orang Hamayung yang merantau
beberapa kilometer dari tanah kelahiran saya dan akhirnya tersesat dan
jatuh cinta di Paramaian.
Kami
masuk dan bersalaman dengan Bupati. Dengan senyum ramah beliau menyapa
kami. Rendra mengutarakan maksud kedatangan kami yang ingin
bersilaturrahmi dan menjalin keakraban. Selain itu yang lebih penting
lagi, niat kami adalah menyampaikan aspirasi masyarakat Nagara yang kami
sertakan dalam sebuah proposal. Aspirasi yang kami kumpulkan dari
perbincangan grup selama ini.
Sambutan
menggembirakan diperlihatkan Bupati atas aspirasi yang kami sampaikan.
Beberapa diantaranya memang sudah diagendakan oleh pihak kabupaten,
namun perlu waktu dan tahapan-tahapan. Diantara usulan yang kami
sampaikan adalah Car Free Day di Nagara, Ruang Terbuka Hijau/ Taman
Bermain anak, Siring depan masjid Jami Ibrahim , angkutan air untuk
pelajar, penamaan jembatan Pasungkan dan Pihanin dengan nama pahlawan 2
Januari 1949, Pengadaan Kapal Pemadam Kebakaran (jalur sungai),
optimalisasi sarana wisata kerbau rawa, Pengelolaan sampah dari
pengangkutan sampai pembuangan akhir yang armadanya masuk ke desa-desa,
Pemeliharaan Pasar Nagara (catnya mulai kusam dan beberapa perlu
perbaikan), dan lain-lain.
Kamipun
pulang dengan rasa lega. Lega telah melahap Lamang dan telur asin yang
disajikan, lega bisa memberikan Piagam Tanda Kehormatan (hasil desain
tangan dingin admin Joe Emka) kepada
Bupati HSS, lega karena pak Bupati tanpa sungkan mengenakan baju grup
yang kami hadiahkan (tentu sebuah kehormatan dan kebanggaan tersendiri
bagi kami para admin dan juga member grup BNDHSS), lega bisa photo
bareng, dan yang lebih membuat kami lega adalah aspirasi kami telah
dihargai.
Terima
kasih kami haturkan kepada bapak Bupati HSS dan segenap jajaran untuk
segala keramahan yang telah kami dapatkan. Kami pamit dengan sebuah
harapan kemajuan. Kami pulang dengan tekad untuk berbuat yang terbaik
untuk Nagara sebagai tanah kelahiran juga demi kabupaten Hulu Sungai
Selatan yang kami banggakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar