Sebuah momen sakral terjadi di Sore Kamis 21 Juli 2016. Bertempat di
Depot Miroso jalan kertak hanyar Desa Tumbukan Banyu Kecamatan Daha
Selatan. Para kru Admin Grup Facebook “Bubuhan Nagara Daha HSS”
mengadakan pertemuan sekaligus silaturrahmi dengan anggota grup yang
berasal dari Melak Provinsi Kalimantan Timur kelahiran Nagara Khairi Rahman Dolo beserta isteri Ayda Yuniar. Admin dan Moderator yang hadir diantaranya Rendra Rahim Aji selaku pendiri grup, Duo Photografer Agus Age dan Taj Din Kahn, sang Newsmaker Boernot Nagara,
Adipati Daha, Said, dan saya sendiri dengan boyong isteri dan anak.
Selain admin turut pula berhadir anggota grup selaku tamu kehormatan
Iwan Kusuma, Zakaria, Karang Taruna Samudera, Chymurink Duatiga beserta
isteri Imah Didi Alfariza, dan MauLanyansyah Pengusaha Muda.
Kesan akrab penuh kekeluargaan tampak mewarnai pertemuan sederhana itu.
Banyak hal yang dibahas seputar perkembangan grup yang sudah mencapai
12.500an anggota. Dari persoalan postingan member, suksesi admin,
penggalangan dana, pembuatan baju kaos anggota, sampai kepada program
dan rencana grup ke depan.
Ada hal menarik yang saya tangkap dari
Khairi Rahman Dolo saat menyampaikan maksud dan keinginannya bertemu
para admin. Selain wujud silaturrahmi, ia juga mencetuskan ide untuk
mengangkat kembali nilai-nilai budaya, tradisi, dan hal-hal positif dari
Nagara yang mungkin mulai ditinggalkan masyarakat. Dalam istilah Banjar
yang saya kenal barangkali bisa disebut “Maangkat Batang Tarandam”.
Harapannya melalui grup BNDHSS hal itu bisa diwujudkan entah melalui
even atau kegiatan tertentu.
Senada dengan Khairi, Top Admin Rendra Rahim Aji juga memaparkan visi dan tujuan grup selain sebagai sarana informasi Urang Nagara di seluruh penjuru dunia maya juga sebagai sarana untuk melawan stigma negatif yang selama ini “diwarahakan” oleh orang luar Nagara. “Mari kita tunjukkan Nagara yang punya solidaritas tinggi, berjiwa sosial, religius, dan hal-hal positif lainnya,” kata Rendra Rahim yang akrab disapa Aji ini penuh semangat. Salah satu stigma negatif tersebut seperti yang dicontohkan oleh Aji adalah Urang Nagara “Ingkin” alias “Pamalar” (baca:pelit). Dalam kamus banjar sering populer dengan istilah “kada titik banyu di ganggam”. Padahal menurut Aji , Urang Nagara hanya perhitungan dan berhati-hati dalam berbisnis dan berniaga. Dalam bermasyarakat Urang Nagara memiliki jiwa sosial yang tinggi terutama mereka yang berstrata kaya. Saya jadi teringat dengan salah seorang tokoh di desa kelahiran saya Hamayung, dengan kedermawanannya beliau membangun Langgar, membantu pembangunan masjid, membangun ruang kelas madrasah, mendirikan TK, membuat jalan, dan sumbangan lainnya untuk kepentingan masyarakat. Dan setahu saya orang seperti beliau masih banyak di Nagara.
Memang untuk mambangkit
batang tarandam sekaligus melawan stigma negatif tersebut tidaklah mudah
“sahibar mambalik talapak tangan”. Diperlukan upaya keras semua pihak
untuk mewujudkannya dan tentu tidak cukup hanya dengan kata-kata dan
wacana. Tapi paling tidak usaha kecil itu mulai disemai melalui grup
BNDHSS.
Rasanya pertemuan admin kala itu terlalu singkat untuk
membahas beragam persoalan grup. Harapan saya selanjutnya ada pertemuan
lanjutan untuk mengupas dan membahas kembali apapun yang bisa dilakukan
untuk kemajuan Nagara. Saya menyadari sepenuhnya bahwa para admin
hanyalah bagian kecil dari sebuah komunitas besar masyarakat Nagara yang
tidak serta-merta bisa langsung memberikan perubahan berarti. Tetapi
berbuat yang terbaik sekecil apapun itu, tetap akan menjadi kontribusi
istimewa untuk tanah leluhur kita Nagara.
Terima kasih untuk
sahabat kami Khairi Rahman Dolo untuk jamuan makannya. Saat tulisan ini
kelar, barangkali Melak sudah dalam pijak dan pembaringan. Lain waktu
mudah-mudahan bisa berjumpa kembali unt
uk saling berbagi ide.
Tetap solid dan semangat buat para admin dan majulah terus grup Bubuhan Nagara Daha HSS.
Daha Utara, 24 Juli 2016.
Tetap solid dan semangat buat para admin dan majulah terus grup Bubuhan Nagara Daha HSS.
Daha Utara, 24 Juli 2016.
3 komentar:
saya ini asli negara dan tinggal di Pangggandingan dan Tugu itu yang ada dekat balai rakyat tempat kecil saya bermain, saya bangga ada yang memfosting tugu tersebut
Terima kasih pak sudah berkunjung, Tugu yang bapak maksud barangkali yang di Tambak Bitin (Tugu 2 Januari 1949 yang lama. Di Postingan saya adalah Tugu 2 Januari 1949 yang baru letaknya di desa Hamayung. Saat ini Tugu yang di Tambak Bitin akan dipertinggi dan akan dibuatkan Taman oleh Pemkab HSS yang bernama Taman Rahimin.
maaf mas..
boleh saya minta info di mn kuburan makam ulama KH.muhammad djkfar yang di sebutkan di kisah mas tadi.
Posting Komentar